Jumat, 19 Agustus 2011

Orientasi Pengenalan Kampus

OSPEK atau Orientasi Pengenalan Kampus yang akan dilaksanakan Universitas Kuningan bertujuan untuk mengurus persyaratan administrasi para calon mahasiswa baru. Tujuan OSPEK sangat tergantung kepada panitia pelaksananya. OSPEK merupakan wahana bagi mahasiswa baru untuk mengenal dan melakukan proses adaptasi sosial dengan lingkungan baru dan pengenalan berbagai persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran di perguruan tinggi. Sebagaimana tujuan OSPEK adalah membekali mahasiswa baru agar mengenal dan mengetahui lingkungan pembelajaran di perguruan tinggi serta memahami proses penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yakni proses menyeluruh yang menyangkut studi, peraturan peraturan dalam menempuh studi, serta berorganisasi dan berinteraksi dengan lingkungan. Dengan demikian OSPEK merupakan salah satu upaya untuk membekali mahasiswa baru sebelum menempuh proses perkuliahan. OSPEK mempunyai peran yang sangat penting bagi penyiapan proses perkuliahan yang sesungguhnya di pendidikan tinggi.
Akan tetapi setiap tahun manfaat yang dirasakan dari kegiatan OSPEK ini sendiri kadang sangat memberatkan mahasiswa baru karena banyaknya penyalahgunaan yang dilalukan para panitia pelaksana yang tidak bertanggung jawab. Contuhnya OSPEK yang akan dilaksanakan oleh Universitas kuningan pada tanggal 22 Agustus hingga 24 Agustus.Persyaratan yang memberatkan OSPEK UNIKU salah satunya adalah :
1. Jadwal Kegiatan yang dimulai pukul 05.00 Pagi WIB.
2. Para Mahasiswa baru ditunjang untuk membawa alat-alat tidak penting dalam kegiatan OSPEK tsb.
3. Perlengkapan yang dibawa mahasiswa baru  adalah :
a. Indomi Goreng
b. Kurma
c. Apel
d. Nutrisari
e. Kratingdeng
Perlengkapan Kelompok :
a. Tepung Bogasari
b. Susu Bendera
c. Jeniper
Perlengkapan diatas adalah salah satu persyaratan yang memberatkan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan ospek yang positif, karena tidak semua mahasiswa mampu memenuhi persyaratan tsb, dikarnakan kurang mampu, dll.
Read More

Senin, 08 Agustus 2011

Tentang Pendidikan



Apa itu pendidikan? Dan mengapa sebuah pendidikan dapat berarti besar bagi sebagian orang? Nah, mari simak artikel ini. Pendidikan identik dengan sekolah padahal sebenarnya arti pendidikan sangatlah luas. Di Indonesia sendiri pendidikan hanya dianggap penting oleh sebagian orang padahal pendidikan sangatlah penting. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Apa jadinya bila pembangunan di Indonesi tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan? Walaupun pembangunan fisiknya baik tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan dating hari dimana Negara dan Bangsa ini akan hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan ini. Mengenai masalah pendidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang masih rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang professional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan undang-undang pendidikan yang kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu negeri kita kedepanya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota atau kabupaten. Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinay dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus menempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada naiknya anggaran saja. Sebab percuma saja jika kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Masalah penyelenggaraan wajib belajar sembilan tahun sejatinya masih menjadi PR besar bagi kita. Kenyataan yang dapat kita lihat bahwa banyak di daerah-daerah pinggiran yang tidak memiliki sarana pendidikan yang memadai. Dengan terbengkalainya program wajib belajar sembilan tahun mengakibatkan anak-anak Indonesia masih banyak yang putus sekolah sebelum mereka menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun. Dengan kondisi tersebut, bila ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global. Kondisi ideal dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah tiap anak bisa sekolah minimal hingga tingkat SMA tanpa membedakan status karena itulah hak mereka. Namun hal tersebut sangat sulit untuk di realisasikan pada saat ini. Oleh karena itu, setidaknya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan. Jika mencermati permasalahan di atas, terjadi sebuah ketidak adilan antara si kaya dan si miskin. Seolah sekolah hanya milik orang kaya saja sehingga orang yang kekurangan merasa minder untuk bersekolah dan bergaul dengan mereka. Ditambah lagi publikasi dari sekolah mengenai beasiswa sangatlah minim. Sekolah-sekolah gratis di Indonesia seharusnya memiliki fasilitas yang memadai, staf pengajar yang berkompetensi, kurikulum yang tepat, dan memiliki system administrasi dan birokrasi yang baik dan tidak berbelit-belit. Akan tetapi pada kenyataannya sekolah-sekolah gratis yang terdapat di daerah terpencil yang kumuh dan segala sesuatunya tidak dapat menunjang bangku persekolahan sehingga timbul pernyataan, “Benarkah sekolah tersebut gratis? Kalaupun iya, ya wajar karena sangat memprihatinkan.”
Read More

Minggu, 07 Agustus 2011

from 'Tempe' to 'Something', from 'Things' to 'Nothing'

Ada catatan kaki berbahasa Inggris dalam sebuah bungkusan, tertulis “Tempe an original, delicious cultural food, with no cholesterol made by Rustono, an Indonesian living ini Shiga Perfecture. It is a traditional  fermented 100% soybean product.” yang artinya kira-kira, “Tempe asli, makanan tradisional nan enak, yang tidak mengandung kolesterol. Dibuat oleh Rustono, warga Indonesia yang tinggal di Provinsi Shiga (Jepang). Produk ini terbuat dari biji kedelai yang 100 persen dibuat dengan proses peragian secara tradisional.”

kita pastinya mengenal nama tersebut diatas, "RUSTONO".....sebuah nama khas indonesia bagian pulau jawa, dan memang Rustono ini adalah warga negara Indonesia asli yang saat ini menetap di Negara Jepang. selama 13 tahun beliau tinggal di negeri sakura tersebut bersama istri dan anak-anaknya. sebuah kebanggaan yang luar biasa bagi kita ketika seorang putra bangsa Indonesia memperkenalkan makanan yang menurut kita hanyalah makanan lauk yang biasa saja. Tempe....

yak tempe bagi kita hanyalah makanan 200 juta umat negara kitan(kalo boleh dikatakan)...karena memang hampir di seluruh belahan kepulauan Negara kita tempe menjadi sebuah makanan sehari-hari yang biasa disantap. 

dan dari sebuah tempe inilah seseorang bisa mengangkat harkat dan martabat bangsanya....
kenapa??

sebuah cara berfikir yang sederhana sebenarnya yang dimiliki oleh Pak Rustono ini,, yakni 'Saya orang Indonesia, dan orang Indonesia selalu makan tempe'. itulah yang meyakinkan Pak Rustono untuk terus berkarya dengan tempenya. Beliau yakin dengan tempe inilah terdapat 'peluang' yang bukan hanya sekedar mencari keuntungan semata tetapi juga untuk lebih memperkenalkan semangat 'Saya Indonesia, dan Ini Indonesia'!!

Dan cara berfikir itulah yang sekarang ini perlu kita kembangkan bersama-sama, bahwa sebenarnya dari sebuah pola pemikiran yang sederhana akan menjadi luar biasa ketika dibarengi oleh kekuatan semangat. dan sebaliknya sesuatu pola pemikiran yang rumit akan menjadi 'biasa' saja.tanpa spirit berkembang.

so...lets done the simple thing for becoming something....

Sesederhana Tempe, tetapi berarti 'Sesuatu'

Read More

Kamis, 04 Agustus 2011

Pendidikan yang berkarakter

Perlu tidaknya pendidikan karakter diberikan kepada peserta didik masih menjadi pro kontra. Karakter bangsa kita ini sangat disukai oleh penjajah, sifat nerimo, sangat penurut, sangat penyabar, ramah tamah sehingga terkesan aman untuk dijajah,

apakah saat ini kita masih berkarakter seperti itu??

satu hal yang paling penting untuk Indonesia saat ini adalah karakter individu yang menghidupkan harapan realistik demi sebuah masa depan yang manusiawi.

dengan pendekatan pendidikan karakter yang berdasar sosial kultural kita mudah-mudahan segala permasalahan multidimensional yang merusak tatanan moral bangsa kita dapat teratasi dengan baik.

setiap langkah kita adalah nafas yang kita hembuskan.....jadilah Bangsa Indonesia yang benar-benar INDONESIA....
Read More

Selasa, 02 Agustus 2011

Profil Kami

NAMA LEMBAGA : LKP KILAT
NILEK : 02111.4.1.0010.31/03/09
ALAMAT : JLN. OTISTA NO. 93 TELP. 081804686682 KUNINGAN 45511 JAWA BARAT
IJIN PENYELENGARAAN : DISDIKPORA No. 421.10/2042/PNFI/2011
AKTA NOTARIS : ZAINUL ROCHMAN, SH No. 50 TANGGAL 15 JULI 2009
NPWP : 02.690.975.4-438.000
PENILAIAN KINERJA : C
PIMPINAN : SYAFRUDIN
PROGRAM PELATIHAN :
1. KOMPUTER
- Microsoft Office
- Open Office
- Programmer
- Desain Grafis
- Tehnik Komputer & Jaringan
2. AKUNTANSI
- Tehnisi Akuntansi Junior I
- Tehnisi Akuntansi Junior II
- Tehnisi Akuntansi Senior I
- Tehnisi Akuntansi Senior II
3. B. Inggris
- Beginner Level
- Low Elementary Level
- High Elementary Level
- Advance Level
Read More

Senin, 01 Agustus 2011

SUCCES STORY

Tahun 1991 :
Lembaga Pendidikan Kursus KILAT bekerjasama dengan Bank BTPN Kabupaten Kuningan menyelenggarakan pendidikan computer bagi karyawan PT. Bank Tabungan Pensiunan Negara, Tbk sebanyak 20 (dua) puluh orang.

Tahun 2006 :
a. Menerima penghargaan dari Bupati Kabupaten Kuningan sebagai Kursus Teladan Tingkat Kabupaten Kuningan
b. LPK KILAT dipercaya oleh pemerintah Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah sebagai penerima program Kursus Para Profesi bidang Komputer. Lembaga telah berhasil mendidik siswa program tersebut sebanyak 20 (Dua puluh) orang yang berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu, putus sekolah serta menyalurkannya ke Dunia Usaha dan Industri (DU/DI) sebanyak 40% dari jumlah siswa.

Tahun 2007 :
a. LPK KILAT dipercaya oleh Bank Indonesia Cabang Cirebon untuk mendidik program Computer dan bahasa Inggris di Desa Binaan Bank Indonesia yakni di Desa Mekarjaya Kecamatan Cimahi Kabupaten Kuningan.
b. LPK KILAT kembali dipercaya oleh pemerintah Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah sebagai lembaga penerima program Kursus Para Profesi bidang Komputer. Berhasil mendidik siswa program tersebut sebanyak 20 (dua puluh) orang yang berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu dan putus sekolah.
c. Sebagai Approved Test Centre (ATC) International Computer Diriving Licensi (ICDL) di Kabupaten Kuningan. Berhak menyelenggarakan Ujian Sertifikasi bidang Komputer yang berskala Internasional.

Tahun 2008 :
LPK KILAT dipercaya oleh pemerintah Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI) sebagai lembaga penerima program Kursus Para Profesi Tahun 2008. Berhasil mendidik siswa program computer sebanyak 20 (dua puluh) orang yang berasal dari kalangan ekonomi kurang mampu dan putus sekolah

Tahun 2009 :
LPK KILAT sebagai penerima program Kursus Wirausaha Kota dari Direktorat Jendral PNFI untuk menyelenggarakan program pendidikan computer bagi masyarakat kecamatan Kuningan yang kurang mampu dan putus sekolah sebanyak 20 (dua puluh) siswa. ( sedang berjalan )
Read More

Sabtu, 30 Juli 2011

Isu Teknologi


Di dunia pendidikan retorika mengenai pentingnya teknologi (teknologi pendidikan) dalam Kegiatan Belajar / Mengajar (KBM) muncul hampir setiap hari (Disebut retorika karena biasanya tidak ada bukti yang ditunjukkan). Mengapa begitu? "Karena pendidikan termasuk industri yang paling besar di dunia. Jadi untuk manufacturer atau distributor produk atau jasa teknologi, pendidikan adalah pasaran yang sangat menarik." Seharusnya ini tidak sebagai masalah kalau produk-produk dievaluasikan dan diuji coba di dunia pendidikan oleh Ilmuwan/ti Teknologi Pendidikan sebelum retorikanya masuk ke sekolah-sekolah, kampus, atau lembaga pendidikan. Tetapi sering ada tokoh pendidikan yang ingin supaya beliau kelihatan "modern" mengulangkan retorika dari manufakturer atau distributor, tanpa evaluasi (applicative atau situational) dari Ilmuwan/ti Teknologi Pendidikan. Ilmuwan/ti Teknologi Pendidikan harus menimbang keadaan di lapangan. Apakah keadaan di lapangan (infrastruktur) sudah siap untuk menggunakan teknologi ini? Apakah bahan untuk menggunakan teknologi ini sudah siap dan dapat diakses oleh semua praktisi pendidikan di lapangan? Bahan harus duluan sebelum teknologinya! Apakah alokasi anggaran ke teknologi ini tidak akan merugikan banyak pengajar di lapangan yang mempunyai kebutuhan teknologi yang sederhana untuk melaksanakan pendidikan yang bermutu? Apa dampaknya di lapangan di dunia pendidikan? Misalnya kalau ada Menteri Teknologi atau Pendidikan yang mengumumkan bahwa teknologi baru (tertentu) adalah solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan, bagaimana perasaan guru-guru di lapangan yang mimpinya masih adalah mempunyai sambungan listrik ke sekolahnya, atau ruang kelas yang tidak bocor, atau papan tulis yang dapat digunakan? Mereka tidak dapat membayangkan bahwa mereka dapat menggunakan teknologi ini? Apakah dampaknya positif? Apakah pengumuman begini akan meningkatkan semangat guru-guru untuk mengajar sebaik mungkin dalam keadaannya? Padahal Teknologi Pendidikan hanya sebagai "beberapa macam alat yang MUNGKIN DAPAT MEMBANTU"

Ref: Educational Technology
Ada banyak orang yang sangat ragu-ragu mengenai aplikasi teknologi dalam pendidikan:
"Those who place their faith in technology to solve the problems of education should look more deeply into the needs of children. The renewal of education requires personal attention to students from good teachers and active parents, strongly supported by their communities. It requires commitment to developmentally appropriate education and attention to the full range of children's real low-tech needs - physical, emotional, and social, as well as cognitive." Maupun: "Computers pose serious health hazards to children. The risks include repetitive stress injuries, eyestrain, obesity, social isolation, and, for some, long-term physical, emotional, or intellectual developmental damage. Our children, the Surgeon General warns, are the most sedentary generation ever. Will they thrive spending even more time staring at screens?" Ref: Fool's Gold Apakah kita perlu teknologi canggih untuk belejar / mengajar? Sebetulnya tidak, kecuali kalau kita belajar atau mengajar teknologinya, misalnya kelas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). Apakah sebelum ada teknologi yang canggih kita tidak dapat melaksanakan pendidikan yang brmutu? Apakah kita perlu teknologi pendidikan untuk mencapaikan proses belajar/mengajar yang bermutu? Setiap kali mengajar, tanya diri sendiri (dan guru-guru lain yang berpengalaman) Apakah saya perlu menggunakan teknologi pendidikan untuk mengajar topik ini? Kalau ya, teknologi apa yang paling cocok? Biasanya teknologi atau peraganya adalah sangat sederhana (kalau betul berbasis-kebutuhan). Ini adalah prinsip yang "underpin" Teknologi Pendidikan sebagai Ilmu!. Yang akan paling meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah kalau kita di semua tingkat pendidikan menghidupkan/mengaktifkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), bukan isu seperti teknologi. Kalau guru di lapangan salah menggunakan teknologi paling yang dipengaruhi adalah siswa-siswi di kelas atau sekolahnya. Yang sangat menakutkan kami adalah pemimpin di bidang pendidikan kita kelihatannya juga kurang mengerti hal-hal teknologi pendidikan dan dapat membuat keputusan yang dapat merugikan puluhan juta anak.  
 Membaca: Journal Pendidikan Network

"Buku Elektronik Sudah Dapat Diunduh"
"Peluncuran Buku Elektronik Batal"
"Depdiknas Harus Berjiwa Besar Akui Kegagalan"
"Kebijakan buku elektonik (e-book) dinilai tidak efektif"
"Kuliah Bersama di Widya Telewicara"
"Buku Sekolah Elektronik (BSE)"
"Tetapi kita sibuk dengan akses Internet???"
"5000 Puas : Informasi Makanan Murah dan Enak" (TPI)
"Langkah Awal Mengubah Paradigma Pendidikan" Bill Gates dan
"Sistem Digital Learning"

"Kata Menkominfo, akses-akses informasi pada jaringan ICT tersebut, akan ditekankan pada unsure e-education (pendidikan), e-health (kesehatan), dan e-economy (ekonomi) yang dapat mengurangi gap di bidang ICT antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan". Tetapi ini akan sangat tergantung peran dan mutunya SDM di pemerintah, bukan?. Untuk Lebih Jelas Klik Artikel Terkait di http://www.aafikar.co.cc/2011/06/isu-isu-teknologi-pendidikan
Read More